Makadari itu SMK Nusa Mandiri Kabupaten Pemalang melaksanakan pertemuan dengan orang tua/wali murid pada hari jum'at tanggal 25 Februari 2022 di Aula SMK Nusa Mandiri Kabupaten Pemalang. Pertemuan ini dihadiri oleh Bapak Kepala sekolah Mochammad Maliki, S.T didampingi wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, Kurikulum dan Humas serta orang tua ContohSurat Undangan Pertemuan Wali Murid - Demikian share contoh surat undangan rapat kepada orang tua wali murid. Jika anda saat ini sedang mencari referensi teks pidato menjadi mc di acara wali murid berikut referensi terbaik 7 contoh teks mc acara pertemuan wali murid dan komite sekolah lengkap contoh 6 pembawa acara rapat rublіkaѕі lewattelepon, home visit, pertemuan orang tua dan guru, Responden penelitian ini yaitu guru dan orang tua siswa dari tiga Sekolah Dasar Muhammadiyah, yaitu SD Muhammadiyah Bojonggede Provinsi 29views, 6 likes, 0 loves, 1 comments, 0 shares, Facebook Watch Videos from TribunFlores.com: Persiapan pertemuan orang tua d Murid dan Guru SMPK Frateran Ndao, Ende. Di Aula SMPK Frateran Ndao . Dalam beberapa dekade terakhir, siswa di Indonesia belum mencapai hasil yang baik dalam berbagai tes internasional. Meskipun demikian, sebagian besar masyarakat – khususnya mereka yang miskin, dan berada di daerah perdesaan dan tertinggal – belum menyadari tantangan tersebut. Survei yang dilakukan Bank Dunia pada 2016-2017 di 270 Sekolah Dasar SD sangat terpencil di Indonesia menemukan bahwa hasil pembelajaran sebagian besar siswa masih berada pada dua jenjang di bawah kelas mereka. Yang juga mengejutkan, survei yang sama menemukan 83% orang tua siswa merasa puas dengan kinerja sekolah. Dengan pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan akuntabilitas guru di daerah terpencil, melalui program KIAT Guru, Bank Dunia mendukung pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kualitas layanan pendidikan di desa sangat tertinggal. Di Indonesia, seringkali orang tua tidak mengetahui perkembangan belajar anak mereka dibanding siswa di kelas maupun sekolah lain. Ini disebabkan tolak ukur hasil belajar hanya tersedia melalui Ujian Nasional pada jenjang terakhir sekolah dasar. KIAT Guru mengembangkan Tes Cepat agar masyarakat dapat menilai dan memantau perkembangan hasil belajar siswa secara sederhana dan lebih rutin. Pelaksanaan Tes Cepat melibatkan orang tua untuk memahami keadaan pembelajaran siswa, dan memampukan masyarakat untuk mengambil tindakan bersama dengan pemangku kepentingan lain dalam meningkatkan kualitas pendidikan dasar di desa mereka. Tes Cepat dikembangkan berdasarkan sebuah gerakan yang dipelopori oleh Pratham di India melalui Annual Status of Education Report. Penilaian yang dilakukan oleh masyarakat memastikan objektifitas hasil tes dapat lebih diandalkan dibanding jika penilaian dilaksanakan oleh pihak sekolah. Melalui tampilan hasil tes yang mudah dipahami, pemangku kepentingan dapat lebih menghargai prestasi siswa SD dalam membaca dan matematika, dibandingkan dengan target kurikulum nasional. Tampilan tersebut sangat penting untuk memberikan informasi yang dapat dipahami dan ditindaklanjuti oleh masyarakat, dan memberdayakan mereka untuk lebih terlibat dalam pengambilan keputusan mengenai pendidikan anak-anak mereka. Meskipun tidak terlibat langsung dalam pelaksanaan tes, para guru ikut serta dalam mendiseminasi hasil tes dalam pertemuan-pertemuan di desa. Pemangku kepentingan melihat hasil Tes Cepat dalam tabel sederhana seperti di bawah. Enam murid dipilih secara acak untuk mewakili kelasnya. Jika kemampuan murid berada pada kelasnya, dia akan terhitung dalam kotak berwarna hijau. Murid yang memiliki kemampuan di bawah kelasnya akan berada di sebelah kiri kotak berwarna hijau, termasuk mereka yang belum mengenal huruf atau belum mengenal angka. Kelas Belum Mengenal Huruf/ Belum Mengenal Angka Di bawah Kemampuan Dasar 1 2 3 4 5 6 Jumlah Murid 1 5 1 0 0 0 0 0 0 6 2 3 2 0 1 0 0 0 0 6 3 0 0 0 5 1 0 0 0 6 4 0 0 0 0 1 4 1 0 6 5 0 0 0 1 0 5 0 0 6 6 0 0 0 0 1 1 4 0 6 Dengan melihat hasil penilaian tersebut, orang tua menyadari bahwa anak mereka belum memiliki kemampuan dasar yang dibutuhkan untuk mengikuti pembelajaran di kelasnya dengan baik. Hal ini mendorong orang tua untuk menuntut kinerja yang lebih baik dari guru, dan untuk terlibat lebih aktif dalam pendidikan anaknya. Ketika hasil Tes Cepat diumumkan kepada orang tua dan masyarakat untuk pertama kalinya, salah satu orang tua pun bertanya kepada guru, “Jika anak saya tidak memiliki kemampuan membaca dan berhitung, kenapa dia naik kelas?” Alur penilaian Tes Cepat bersifat adaptif, sehingga memungkinkan murid untuk menyelesaikannya dalam waktu kurang dari 30 menit. Murid memulai tes dengan soal yang sesuai dengan jenjang kelasnya. Jika jawaban dia benar, maka akan mendapatkan soal lebih sulit, dan sebaliknya jika salah akan mendapatkan soal yang lebih mudah. Tingkat kesulitan tes berjalan sesuai dengan kemampuan murid dan berakhir pada soal yang paling sulit yang dapat dijawab oleh anak dan menunjukkan tingkat kompetensinya. Tes Cepat menjembatani kesenjangan informasi tentang kualitas pembelajaran antara orang tua dan guru, maupun pengawas sekolah dan pihak sekolah. Diseminasi Tes Cepat menghasilkan tindakan nyata untuk memperbaiki lingkungan belajar anak di sekolah maupun di rumah. Berbeda dengan perangkat penilaian berbasis masyarakat lainnya, Tes Cepat tidak menyasar pada intervensi perbaikan metode pembelajaran di kelas. Hasil Tes Cepat digunakan oleh masyarakat dan sekolah untuk mengembangkan Janji Bersama, yang berisi tiga indikator berkaitan yang disepakati oleh kepala sekolah, guru, dan orang tua. Kategori Janji Bersama termasuk peningkatan kehadiran guru di dalam kelas, kegiatan pembelajaran di rumah, serta pendampingan pembelajaran remedial. Dengan Janji Bersama, guru dan orang tua dapat memonitor kinerja masing-masing tiap bulan. Pada akhir semester, Tes Cepat kembali dilakukan untuk memantau perkembangan pembelajaran setelah Janji Bersama dilakukan, dan sekaligus memberikan input bagi perbaikan Janji Bersama untuk semester selanjutnya. Saat masyarakat memahami kualitas pendidikan, mereka pun lebih berdaya untuk bertindak dan mengajak pemangku kepentingan di sekitarnya untuk bersama-sama memperbaiki ekosistem belajar. Setelah satu tahun berjalannya program KIAT Guru, pertemuan antara guru dan orang tua murid untuk membahas hasil belajar meningkat dari kali ke 3 kali dalam satu tahun. Hasil belajar murid juga meningkat 12% kenaikan, untuk rerata numerasi dari 37 ke 49, sementara untuk rerata literasi dari 37 ke 50 13% kenaikan. Terkait Empowering Frontlines, Leveraging Technology Basic Service Delivery in 21st century Indonesia Peran orang tua di rumah dan guru di sekolah sangat penting bagi pendidikan anak. Komunikasi yang baik antara orang tua dan guru merupakan suatu keharusan agar tercapai kesinergian antara keduanya. Komunikasi tersebut bisa berlangsung dalam satu arah ataupun dua arah. Komunikasi satu arah terjadi saat guru memberikan informasi kepada orang tua tentang peristiwa, kegiatan, atau kemajuan yang dicapai komunikasi dua arah terjadi jika ada dialog interaktif antara guru dan orang tua. Komunikasi yang baik akan menumbuhkan sikap saling percaya antara orang tua dan guru. Adanya sikap saling mempercayai, saling membantu dalam membimbing anak dan berkomunikasi antara orang tua dan guru, akan membuat anak merasa memiliki kebebasan berkreativitas guna pengembangan potensi dirinya, sehingga bisa meningkatkan kreativitas dan mencapai keberhasilan dalam belajar. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Proceeding of ICECRS, 1 2016 935-942 ISSN. 2548-6160 International Seminar on Generating Knowledge Through Research, UUM-UMSIDA, 25-27 October 2016, Universiti Utara Malaysia, Malaysia. Available online Article DOI 935 PENGARUH KOMUNIKASI ORANG TUA DAN GURU TERHADAP KREATIVITAS SISWA Anis Pusitaningtyas anispuspita89 Universitas Muhammadiyah Sidoarjo ABSTRAK Peran orang tua di rumah dan guru di sekolah sangat penting bagi pendidikan anak. Komunikasi yang baik antara orang tua dan guru merupakan suatu keharusan agar tercapai kesinergian antara keduanya. Komunikasi tersebut bisa berlangsung dalam satu arah ataupun dua arah. Komunikasi satu arah terjadi saat guru memberikan informasi kepada orang tua tentang peristiwa, kegiatan, atau kemajuan yang dicapai komunikasi dua arah terjadi jika ada dialog interaktif antara guru dan orang tua. Komunikasi yang baik akan menumbuhkan sikap saling percaya antara orang tua dan guru. Adanya sikap saling mempercayai, saling membantu dalam membimbing anak dan berkomunikasi antara orang tua dan guru, akan membuat anak merasa memiliki kebebasan berkreativitas guna pengembangan potensi dirinya, sehingga bisa meningkatkan kreativitas dan mencapai keberhasilan dalam belajar. KATA KUNCI komunikasi, orang tua, guru, kreativitas, anak PENDAHULUAN Rumah dan sekolah merupakan dua tempat dimana seorang anak menghabiskan sebagian besar waktunya. Hal ini sangat mempengaruhi pendidikan yang mereka terima. Saat di rumah, anak mendapat pendidikan dari orang tuanya. Sebagaimana disebutkan oleh Aisyah Dachlan yang menyatakan bahwa peran seorang ayah adalah menjadi kepala dari seluruh keluarga, memimpin, membimbing, dan melindungi serta memberikan nafkah, pakaian dan semua keperluan anak istri, mendidik dan menyelamatkan mereka dari gangguan lahir batin, bertindak sebagai teman, guru, pemimpin dan memberi suri tauladan yang baik. Karena sesungguhnya pendidikan yang pertama dan utama diberikan oleh orang Saat di sekolah, pendidikan anak diberikan oleh gurunya. Guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pendidikan di sekolah. Menurut UU RI Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Pasal 1 ayat 1, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan Tugas guru tidak hanya sebagai pengajar namun juga sebagai pendidik dan pelatih. Usman menyatakan bahwa mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa. 3 Peran orang tua di rumah dan guru di sekolah sangat penting bagi pendidikan anak. Sehingga komunikasi yang baik antara orang tua dan guru merupakan suatu keharusan agar tercapai kesinergian antara keduanya. Djamarah seperti dikutip dalam Hidayat menyatakan bahwa dalam proses pendidikananak di sekolah, 1Aisyah Rumah Tangga Bahagia dan Peranan Agama dalam Rumah Tangga.Jakarta Yaumnu, 1983, 126. 2 Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal 1 Usman. Menjadi Guru Profesioanl Bandung PT Remaja Rosdakarya, 1995, 7. Anis Pusitaningtyas/Proceeding of ICECRS, 1 2016 935-942 936 terdapat banyak faktor yang berpengaruhatau berhubungan terhadap pencapaian prestasi belajarpeserta didik, seperti guru, lingkungan, sarana prasaranadan bahkan kerjasama orang tua dengan Pendapat senada dikemukakan oleh Mc. Carty, Brennan and Vecchiarello yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang sangat penting adalah adanya kerjasama yang baik antara orang tua dan sekolah. 5 KOMUNIKASI ORANG TUA DAN GURU Komunikasi secara etimologis berasal dari bahas latin, yakni communication. Istilah ini berasal dari kata communis yang berarti sama, dalam artian sama makna, yaitu sama makna dalam satu Sedangkan secara terminologis, komunikasi berarti penyampaian pesan suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Pengertian komunikasi menurut Everett M. Rogers, seperti yang dikutip oleh Cangara adalah proses dimana suatu ide dialihan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku Effendy menuliskan pendapat Harold Laswell bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media untuk menimbulkan Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan atau ide oleh seseorang kepada orang lain baik dengan bahasa atau melalui media tertentu yang diantara keduanya sudah terdapat kesamaan makna sehingga saling memahami apa yang sedang dikomunikasikan. Adapun unsur-unsur komunikasi menurut Onong Uchjana Effendy9 antara lain 1. Komunikator Sender adalah seseorang atau sekelompok orang yang merupakan tempat asal pesan atau sumber berita / informasi yang disampaikan 2. Pesan Message adalah pesan atau informasi dari komunikator yang penyampaiannya disampaikan kepada komunikan melalui penggunaan bahasa atau lambang-lambang baik berupa tulisan, gambar, gerakan tubuh, lambaian tangan, kedipan mata, warna, bunyi puluit, bendera dan tentunya suara atau bahasa yang diucapkan manusia. Sebelum sebuah pesan disampaikan ada beberapa hal menurut Widjaja yang harus diperhatikan yaitu i. pesan harus direncanakan atau dipersiapkan dengan baik sesuai dengan kebutuhan. ii. pesan harus menggunakan bahasa yang dimengertioleh keda belah pihak. pesan harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima serta menimbulkan kepuasan10 3. Komunikan Receiver adalah seseorang atau sekelompok orang sebagai subjek yang dituju oleh komunikator pengirim/penyampaian pesan, yang menerima pesan/ berita/ imformasi berupa lambang-lambang yang mengandung arti atau makna. Komunikan sebagai penerima pesan haruslah mengikuti dan 4Syarif Hidayat. PengaruhKerjasama Orang Tua dan Guru Terhadap Disiplin Peserta Didik di Sekolah Menengah Pertama SMP Negeri Kecamatan Jagakarsa - Jakarta Selatan. Jurnal Ilmiah WIDYA, Volume 1 Nomor 2 2013, 94. 5Peter J McCarthy ; Liran, Brennan; Karen, Vecchiarello. “Parent – School Communication in the Inclusive Classroom A Comprehensive Model of Collaboration in Education”. International Journal of Humanities and Social Science, Vol. 1 No. 15 2011, 55. 6Onong Uchjana Effendy. Dinamika Komunikasi Bandung PT Remaja Rosdakarya, 2000, 34. 7Hafied Cangara. Pengantar Ilmu Komunikasi Jakarta PT Raja Grafindo Persada, 2003, 20. 8Onong Uchjana Effendy. Ilmu Komuikasi Teori dan Praktek Bandung PT Remaja Rosdakarya, 2001, 10. 9Onong Uchjana Effendy. Dinamika Komunikasi Bandung PT Remaja Rosdakarya, 1992, 49. 10H. A. Komunikasi Pengantar Studi Jakarta PT Raja Grafindo Persada, 2013, 32. Anis Pusitaningtyas/Proceeding of ICECRS, 1 2016 935-942 937 menyesuaikan diri dengan proses komunikasi agar tidak terjadi hambatan-hambatan sehingga tujuan komunikasi tercapai. 4. Saluran atau media komunikasi adalah sarana tempat berlalunya simbol-simbol atau lambang-lambang yang mengandung makna pesan/ pengertian. Saluran atau medium komunikasi tersebut berupa alat sarana yang menyalurkan suara audio untuk pendengaran,tulisan, dan gambar visual. 5. Efek atau umpan balik Effect/Feed back adalah hasil penerimaan pesan/informasi oleh komunikan, pengaruh atau kesan yang timbul setelah komunikan menerima pesan. Adanya umpan balik menciptakan terjadinya komunikasi dua arah. Jika tidak ada umpan balik, dapat terjadi kerancuan akibat kesalahan penafsiran. Lingkungan yang pertama dan utama dalam pendidikan anak adalah keluarga. Dalam pendidikan keluarga, komunikasi orang tua dengan anak sangatlah penting . Sholihat menyatakan dengan adanya komunikasi dalam keluarga diharapkan terjadi interaksi, saling tukar menukarpengetahuan, pendapat, pengalaman dan sebagainya. Melalui keluarga anak mengenal kasih sayang, berbagai kebiasaan, nilai -nilai hidup, mengadaptasi perilaku dari orang tuanya, dan mengenal tanggung jawabsebagai konsekuensi perilakunya. 11 Orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam keluarga. Orang tua merupakan guru pertama dan utama bagi anak-anaknya karena dari orang tua lah anak mendapatkan bimbingan dan kasih sayang yang pertama kalinya. Purwanto berpendapat bahwa orang tua adalah pendidik sejati, pendidik karena kodratnya. Oleh karena itu kasih sayang orang tua kepada anaknya adalah kasih sayang yang sejati pula, yang berarti orang tua mengutamakan kepentingan dan kebutuhan anak-anak dengan mengesampingkan keinginan dan kesenangan sendiri. Orang tua hendaknya menyadari bahwa anak adalah amanah yang dititipkan oleh Allah, yang harus dijaga dan senantiasa diarahkan menuju jalan Komunikasi yang dilakukandengan sepenuh hati dan kepercayaan yang diberikan oleh orang tua akan dirasakan oleh anak sehingga menyebabkan bimbingan,arahan dan bantuan yang diberikan orang tua kepada anak menyatu. Hal ini akan memudahkan anak untuk memahami makna dari upaya yang dilakukan oleh kedua orang tuanya. Komunikasi keluarga sangat efektif untuk melatih dan menyadarkan anak–anak sehingga dapat mengamalkan nilai moral dasar dalam kehidupan sehari–hari, membentuk pribadiyang percaya diri, mandiri dan mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah guru diartikan sebagai orang pekerjaannya mata pencaharian, profesi mengajar. Sedangkan menurut UU RI Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Pasal 1 ayat 1, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan Sardiman menjelaskan peran guru menurut beberapa ahli antara lain sebagai berikut 1. Prey Katz, menggambarkan peranan guru sebagai komunikator, sahabat yang dapat memberikan nasihat-nasihat, motivator sebagai pemberi inspirasi dan dorongan, pembimbing dalam pengembangan sikap dan tingkah laku serta nilai-nilai, orang yang menguasai bahan yang diajarkan 2. Havighurst, menjelaskan bahwa peranan guru di sekolah sebagai pegawai employee dalam hubungan kedinasan, sebagai bawahan subordinate terhadap atasannya, sebagai kolega dalam hubungannya 11Solihat. “Komunikasi Orang Tua dan Pembentukan Kepribadian Anak” JurnalKomunikasi, Mediator Volume 6 Nomor 2 2005, 307. 12Ngalim Purwanto. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis Bandung PT Remaja Rosdakarya, 2000, 80. 13 Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal 1 Anis Pusitaningtyas/Proceeding of ICECRS, 1 2016 935-942 938 dengan teman sejawat, sebagai mediator dalam hubungannya dengan anak didik, sebagai pengatur disiplin, evaluator dan pengganti orang tua 3. James W. Brown, mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru antara lain menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencana dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa14 Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa peran guru adalah sebagai fasilitator, informator, organisator, motivator, pengarah/direktor, inisiator, transmitter, mediator dan evaluator. Orang tua merupakan mitra kerja yang utama bagi guru dalam pendidikan anak. Komunikasi yang efektif antara orang tua dan guru dibutuhkan dalam rangka menyamakan persepsi kedua belah pihak tentang hal yang dibutuhkan dalam pendidikan anak. Keduanya harus saling membantu dan mengetahuibagaimana upaya penanganan pembinaan anak di sekolah,keterlibatan peserta didik dalam proses belajar mengajar,pola interaksi dan komunikasi selama di sekolah danmasalah yang ditemukan di sekolah. Begitu juga sebaliknya, pihak sekolah mengetahui apa dan bagaimana yang terjadi di rumah terutama terkait dengan kegiatanbermain anak di luar rumah, aktivitas belajar di rumah,interaksi dengan sesama anggota keluarga dan problemyang muncul selama berada di rumah. Epstein dalam Graham-Clay mendeskripsikan komunikasi dengan orang tua merupakan salah satu dari enam bentuk keterlibatan orang tua guna menjalin kerjasama yang kuat antara guru dan orang tua. 15 Menumbuhkan hubungan guru dan orang tua merupakan hal yang dianggap penting dalam pengembangan sekolah sebagai komunitas belajar. Komunikasi antara sekolah dan keluarga sangat diperlukan sehingga dapat memicu keterlibatan orang tua dalam proses pembelajaran. Symeou, Roussounidou andMichaelides mengutip tulisan Pang and Watkins yang menyatakan bahwa komunikasi antara orang tua dan guru biasanya berupa pertukaran informasi dan ide tentang pengembangan dan perkembangan anak di sekolah dan di Orang tua memperoleh informasi tentang hal-hal yang dilakukan dan diperoleh anaknya, sementara guru memperoleh data tentang aktivitas siswanya saat bermain dan belajar di rumah. Henderson & Bella sebagaimana dikutip oleh Mc. Carty, Brennan and Vecchiarello berpendapat bahwa keterlibatan orang tua dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan nilai anak, kehadiran anak dalam pembelajaran di sekolah, menumbuhkan sikap dan perilaku yang baik pada anak dan menaikkan angka kelulusan. Hal ini dikuatkan dengan adanya hasil penelitian Dixon1992, Eccles & Harold 1993, Henderson & Bella 1994,dan Jeynes 2007 yang menunjukkan bahwa ketika orang tua dan guru memiliki hubungan/kerjasama yang baik, maka prestasi akademik dan sosial anak akan meningkat. 17 Selain membawa dampak positif bagi anak, keterlibatan orang tua dalam pembelajaran juga memberikan keuntungan bagi sekolah. Dalam sebuah penelitian dilaporkan bahwa keterlibatan orang tua dalam 14A. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar Jakarta PT Raja Grafindo Persada, 2004, 143-144. 15Susan Graham-Clay. “Communicating With Parents Strategies For Teachers”School Community Journal, Vol. 16 No. 1 March 2005, 117-118. 16LoizosSymeou; Eleni Roussounidou; and Michalis Michaelides. “”I Feel Much More Confident Now to Talk With Parents” An Evaluation of In-Service Training on Teacher–Parent Communication”School Community Journal, Vol. 22, No. 1 2012, 65. 17Peter J. McCarthy; Liran Brennan; Karen Vecchiarello. “Parent – School Communication in the Inclusive Classroom A Comprehensive Model of Collaboration in Education” International Journal of Humanities and Social Science, Vol. 1 No. 15 2011, 55. Anis Pusitaningtyas/Proceeding of ICECRS, 1 2016 935-942 939 pembelajaran dapat meningkatkan moral dan kepercayaan diri guru, meningkatkan dukungan dari keluarga, hasil evaluasi guru oleh orang tua lebih tinggi, meningkatkan keberhasilan siswa dan pada akhirnya dapat meningkatkan reputasi sekolah dalam komunitas pendidikan. Guru juga akan memiliki pandangan yang baik tentang orang tua sehingga komunikasi antara guru dan orang tua berjalan dengan baik. 18 Disadari atau tidak, komunikasi antara orang tua dan guru mulai terjalin sejak hari pertama orang tua menginjakkan kaki di sekolah. Kesan pertama yang muncul sangat mempengaruhi perspektif orang tua terhadap sekolah. Senyuman dan keramahan yang ditunjukkan oleh guru, suasana sekolah dan kebersihan sekolah sangat mempengaruhi pandangan orang tua. Lingkungan sekolah yang ramah menunjukkan besarnya penghargaan sekolah tentang pentingnya komunikasi dengan orang tua. Menurut Berger dalam Graham-Clay, komunikasi dapat melibatkan satu atau dua arah pertukaran informasi. Komunikasi satu arah terjadi saat guru memberikan informasi kepada orang tua tentang peristiwa, kegiatan, atau kemajuan yang dicapai anak melalui berbagai sumber seperti rapot, buku penghubung, maupun website sekolah. Disebut komunikasi dua arah jika terjadi dialog interaktif antara guru dan orang tua. Misalnya percakapan lewat telepon, home visit, pertemuan orang tua dan guru, serta aktivitas sekolah yang mengharuskan kehadiran orang tua lainnya. Dialog yang efektif antara guru dan orang tua akan menumbuhkan kepercayaan, mutualitas dan penghargaan diantara keduanya. Seorang guru harus mampu menggabungkan kedua cara komunikasi ini dalam memberikan informasi kepada orang Mc. Carty, Brennan and Vecchiarello membagi komunikasi antara orang tua dan guru menjadi dua jenis, yaitu komunikasi kooperatif cooperative communication dan komunikasi kolaboratif collaborative communication. Merujuk pada penjelasan dari Panitz, Mc. Carty mendefinisikan komunikasi kooperatif cooperative communication sebagai berikut “cooperative communication involves school personnel such as teachers, parents, service providers, etc. working in their areas independently to achieve a certain goal. There may be some form of communication between the different parties involved, but they may not be working as a team together utilizing each other’s strengths to help the student maximize his/her learning potential”20 Sedangkan definisi komunikasi kolaboratif collaborative communication yaitu “collaborative communication is definedas school personnel/team members, including teachers, parents, service providers, etc. working together to achieve a shared vision. While working towards this shared vision, team members participate in shared decision making, recognize each other’s strengths and weaknesses, and make a valuable contribution based on their area of expertise to maximize learning for the student.”21 18ibid 19Susan Graham-Clay. “Communicating With Parents Strategies For Teachers” School Community Journal, Vol. 16 No. 1 March 2005, 118. 20Peter J. McCarthy; Liran Brennan; Karen Vecchiarello. “Parent – School Communication in the Inclusive Classroom A Comprehensive Model of Collaboration in Education” International Journal of Humanities and Social Science, Vol. 1 No. 15 2011, 56 21Ibid. Anis Pusitaningtyas/Proceeding of ICECRS, 1 2016 935-942 940 Komunikasi kooperatif dan komunikasi kolaboratif sama-sama melibatkan personel/individu yang berperan di sekolah seperti guru, orang tua, karyawan sekolah dan lain-lain. Akan tetapi berbeda dalam pelaksanaannya. Dalam komunikasi kooperatif, masing-masing personel/individu bekerja sendiri-sendiri untuk mencapai tujuannya. Dalam prosesnya masih dimungkinkan untuk berkomunikasi dengan personel lain, namun tidak bekerja dalam satu tim. Sedangkan dalam komunikasi kolaboratif, masing-masing personel/individu bekerja secara bersama-sama untuk mencapai visi bersama. Dalam usahanya untuk mencapai visi bersama, tiap anggota tim berperan dalam pengambilan keputusan, mengenali kekuatan dan kelemahan masing-masing dan berkontribusi berdasarkan keahliannya untuk memaksimalkan potensi belajar anak. Menurut Clarke dalam Minke, hubungan yang sehat antara orang tua dan guru ditandai dengan adanya keyakinan bersama tentang pentingnya hubungan tersebut, saling berkomitmen untuk membangun dan menjaga hubungan yang positif dengan pihak sekolah, konsisten serta berkelanjutan dalam menerapkan sistem yang mengajarkan siswa untuk berperilaku yang baik. 22 Hal ini akan menumbuhkan sikap saling percaya antara keluarga dan sekolah, saling menghormati dan menghargai hak dan kewajiban pribadi, akuntabilitas, sensitivitas dan pengertian, KREATIVITAS ANAK Iklim pendidikan di negara kita saat ini belum banyak memberikan perhatian bagi pertumbuhan kreativitas anak bangsa. Padahal seiring perkembangan jaman, persaingan akan semakin meningkat. Ketatnya persaingan menuntut anak untuk lebih kreatif dan inovatif. Pendidikan memiliki peran dan fungsi strategis dalam rangka melahirkan perilaku kreatifanak. Menurut Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3, tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan danmembentuk watak serta peradaban bangsa dalam rangka mencerdaskankehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didikagar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan YangMaha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri danmenjadi warga yang demokratis serta bertanggung Namun faktanya, yang banyakdikembangkan melalui pendidikan dewasa ini adalah kemampuan berpikir linear, eksak dan logis. Fungsi-fungsi otak belahan kiri left hemisphere seperti kemampuan berpikir linier, eksak, rasional dan penalaran mendapat tekanan yang kuat dalam praktek-praktek pendidikan. Sementara fungsi otak belahan kanan right hemisphere yang menyangkut kemampuan betpikir holistik, imajinatif, intuitif dan kreatif masih kurang mendapat perhatian. Kreativitas individu sangat dibutuhkan sebab kreativitas dapat melahirkan inovasi dan melalui kreativitas itulah kehidupan manusia menjadi Senada dengan pendapat tersebut, Semiawan mendefinisikan kreativitas sebagai kemampuan untuk berfikir tentang sesuatu dengan suatu cara yang baru dan tidak biasa unusual dan menghasilkan penyelesaian yang unik terhadap berbagai menurut Munandar, kreativitas adalah hasil interaksi antara individu dan lingkungannya, kemampuan untuk membuat 22Kathleen M. Minke. Associations at The Within-and Between-Country Level Congruence in Parent -Teacher Relationships Faculty Publications from CYFS Children, Youth, Families & Schools Nebraska Center for Research, University of Nebraska – Lincoln, 2014, 529. 23Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3. 24Suryadi, Edy. “Model Komunikasi Efektif bagi Perkembangan Kemampuan Berpikir Kreatif Anak” Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 3 2010, 264. 25Conny R. Semiawan. Perkembangan dan Belajar Peserta Didik Jakarta Direktorat Jenderal Pendidikan, 1999, 89. Anis Pusitaningtyas/Proceeding of ICECRS, 1 2016 935-942 941 kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang sudah ada atau dikenal sebelumnya, yaitu semua pengalaman dan pengetahuan yang telah diperoleh seseorang selama hidupnya baik itu di lingkungan sekolah. Orang-orang yang kreatif memiliki beberapa ciri-ciri kreativitas. Menurut Conny R. Semiawan ciri-ciri kreativitas adalah a berani mengambil resiko, b memainkan peran yang positif berfikir kreatif, c merumuskan dan mendefinisikan masalah, d tumbuh kembang mengatasi masalah, e toleransi terhadap masalah ganda ambiguitiy dan f menghargai sesama dan lingkungan PENGARUH KOMUNIKASI ORANG TUA DAN GURU TERHADAP KREATIVITAS ANAK Menjadi kreatif dapat diperoleh melalui proses belajar. Munculnya kreativitas dapat dipengaruhi dari berbagai faktor diantaranya adalah faktor komunikasi antara keluarga, dalam hal ini adalah orang tua, dan sekolah terutama guru. Adanya sikap saling mempercayai, saling membantu dalam membimbing anak dan berkomunikasi antara orang tua dan guru, akan membuat anak merasa memiliki kebebasan berkreativitas guna pengembanganpotensi dirinya, sehingga bisa meningkatkan kreativitas dan mencapai keberhasilan dalam belajar. Demikian pentingnya peran keluarga dan guru dalam pembentukan dan pengembangan kreativitas siswa, maka komunikasi antara orang tua dan guru juga harus terjalin dengan baik. Karena dengan adanya komunikasi yang baik maka tercipta suatu sinergitas antara keduanya. Bronfenbrenner dalam Palts and Kalmus berpendapat bahwa komunikasi menciptakan sistem sosial yang membentuk jaringan untuk mendukung anak didik. 27 Penelitian yang dilakukan oleh Telem & Pinto28 membuktikan bahwa komunikasi antara orang tua, guru dan komunitas seperti anggota keluarga yang lain, karyawan di sekolah, dll memainkan peran yang penting bagi kemajuan akademik dan sosial anak di sekolah dasar sebaik di sekolah menengah. Efek kombinasi antara sekolah, rumah dan komunitas sangat penting bagi perkembangan anak, karena komunikasi antara sekolah, rumah dan komunitas memungkinkan untuk menciptakan lingkungan yang lebih optimal dimana semua bagian tersebut berkontribusi secara bersama untuk mendukung kemajuan akademik anak dan perkembangan sosialnya. 29 Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi antara orang tua dan guru mempengaruhi perkembangan kreativitas anak. Hal ini dikuatkan dengan hasil penelitian yang dilakukan Suryadi bahwa komunikasi anak dengan orang tua dan guru di lingkungannya masing-masingberpengaruh secara positif terhadap pekembangan kemampuan berpikir kreatif 26Conny Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menegah Jakarta Gramedia, 2009, 136 27U. Bronfenbrenner, “The Ecology of Human Development Experiments by Nature and Design” dalam Karmen Palts and Veronika Kalmus. “Digital Channels in Teacher-Parent Communication The Case of Estonia” International Journal of Education and Development using Information and Communication Technology IJEDICT , Vol. 11 2015, 65. 28M Telem, and S. Pinto, “Information Technology’s Impact on School-Parents and Parents-Student Interrelations A Case Study” dalam Palts and Veronika Kalmus. Digital Channels, 65. 29J. L. Epstein. “School, Family, and Community Partnerships Preparing Educators and Improving Schools” dalam Palts and Veronika Kalmus. “Digital Channels in Teacher”, 67. 30Suryadi, Edy. “Model Komunikasi Efektif bagi Perkembangan Kemampuan Berpikir Kreatif Anak” Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 3 2010, 278. Anis Pusitaningtyas/Proceeding of ICECRS, 1 2016 935-942 942 Banyaknya rangsangan yang didapat oleh individu sangat mempengaruhi munculnya kreativitas. Jika komunikasi didalam keluarga dan sekolah baik, maka suasana lingkungan yang kaya akan rangsangan mental akan terwujud. Hal ini menyebabkan anak semakin merasa tertarik dan tertantang untuk mewujudkan bakat dan kreativitasnya, sehingga dapat mengembangkan ide/pemikirannya dan mencapai keberhasilan dalam belajar. DAFTAR PUSTAKA Aisyah Dachlan.1983. Membina Rumah Tangga Bahagia dan Peranan Agamadalam Rumah Yaumnu. Cangara, Hafied. 2003. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta PT Raja Grafindo Persada. Effendy, Onong Uchjana, 1996. Kepemimpinan dan Komunikasi. Yogyakarta PT Al-Amin Press. ____________________. 2001.Ilmu Komuikasi Teori dan Praktek. Bandung PT Remaja Rosdakarya. ____________________. 2000. Dinamika Komunikasi. Bandung PT Remaja Rosdakarya. Graham-Clay, Susan. 2005. Communicating With Parents Strategies For Teachers. School Community Journal, Vol. 16 No. 1 March 2005. Hidayat, Syarif. 2013. Pengaruh Kerjasama Orang Tua dan GuruTerhadap Disiplin Peserta Didik di SekolahMenengah Pertama SMP NegeriKecamatan Jagakarsa - Jakarta Selatan. Jurnal Ilmiah WIDYA, Volume 1 Nomor 2 Juli-Agustus 2013. J. L. Epstein. “School, Family, and Community Partnerships Preparing Educators and Improving Schools” dalamPalts, Karmen; and Kalmus, Veronika. 2015. Digital Channels in Teacher-Parent Communication The Case of Estonia. International Journal of Education and Development using Information and Communication Technology IJEDICT, 2015, Vol. 11, Issue 3. McCarthy,Peter J.; Brennan, Liran; Vecchiarello, Karen. 2011. Parent – School Communication in the Inclusive Classroom A Comprehensive Model of Collaboration in Education. International Journal of Humanities and Social Science, Vol. 1 No. 15 Special Issue October 2011. Minke, Kathleen M. 2014. Associations at the within- and between-country level Congruence in Parent -Teacher Relationships. Faculty Publications from CYFS Children, Youth, Families & Schools Nebraska Center for Research, University of Nebraska – Lincoln. Palts, Karmen; and Kalmus, Veronika. 2015. Digital Channels in Teacher-Parent Communication The Case of Estonia. International Journal of Education and Development using Information and Communication Technology IJEDICT, 2015, Vol. 11, Issue 3. Purwanto, Ngalim. 2000. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung PT Remaja Rosdakarya. Sardiman, A. M. 2004. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta PT Raja Grafindo Persada. Semiawan, Conny R. 1999. Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. JakartaDirektorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru SekolahDasar Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Solihat , 2005, Komunikasi Orang Tua danPembentukan Kepribadian Anak, Jurnal Komunikasi, Mediator Volume 6 Nomor 2, Desember 2005, Fakultas Komunikasi,UNISBA, Bandung. Suryadi, Edy. 2010. Model Komunikasi Efektif bagi Perkembangan Kemampuan Berpikir Kreatif Anak. Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 3, September-Desember 2010, halaman 263 – 279. Symeou, Loizos; Roussounidou, Eleni; and Michaelides, Michalis. 2012. “I Feel Much More Confident Now to Talk With Parents” An Evaluation of In-Service Training on Teacher–Parent Communication. School Community Journal, 2012, Vol. 22, No. 1. U. Bronfenbrenner, “The Ecology of Human Development Experiments by Nature and Design” dalam Palts, Karmen; and Kalmus, Veronika. 2015. Digital Channels in Teacher-Parent Communication The Case of Estonia. International Journal of Education and Development using Information and Communication Technology IJEDICT, 2015, Vol. 11, Issue 3. Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3. Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal . Usman, 1995. Menjadi Guru Profesioanl. Bandung PT Remaja Rosdakarya. Widjaja, H. A. W. 20013. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Jakarta PT Raja Grafindo Persada. ... In a study it was reported that parental involvement in learning can increase teacher morale and self-confidence, increase family support, higher teacher evaluation results by parents, increase student success and ultimately improve the school's reputation in the educational community. Teachers will also have a good view of parents so that communication between teachers and parents goes well Puspitaningtyas, 2017. ...... A similar opinion was expressed by Mc. Carty, Brennan and Vecchiarello who stated that one of the most important factors is the good cooperation between parents and schools Puspitaningtyas, 2017. ...... Both must support one another and be knowledgeable about how to deal with issues that arise in schools, such as those related to student participation in the teaching and learning process, interaction and communication patterns, and child development activities. Conversely, the school is aware of what is going on at home, particularly in relation to children's extracurricular activities, academic pursuits, interactions with other family members, and issues that may develop at home Puspitaningtyas, 2017. ...Firman Aulia RamadhanNiki HidayahOne of the keys to the successful implementation of the learning process during the Covid-19 pandemic is intensive communication between teachers and parents of students. Because without communication there will be obstacles because elementary school students still need guidance from teachers and parents. The purpose of this study was to describe the communication between teachers and parents of students in optimizing learning during the pandemic at MIN 6 Jembrana This research uses a phenomenological qualitative approach. Collecting data in this study using the interview method. To test the validity of the data obtained, researchers used triangulation of data sources and triangulation of methods. The results of this study are 1 The communication of teachers and parents of students at MIN 6 Jembrana during the Covid-19 pandemic in carrying out the teaching and learning process using the Sambang teacher program, namely visiting student houses to carry out the learning process. In addition, communication between teachers and parents is to form a whatsapp group for each class. 2 Constraints or challenges faced by teachers and parents during the Covid 19 pandemic are limitations in using cellphones, increased spending due to having to buy quotas, and availability of network / internet signal.... Penelitian yang dilakukan oleh Ahamad Yasar dan Puji Yanti 2018 yang mengatakan jika terdapat perubahan yang terjadi dengan adanya peran guru dan orang tua dalam mengembangkan karakter anak sehingga berpengaruh akan prestasi belajar anak Ramdan & Fauziah, 2019. Sejalan dengan hal tersebut penelitian yang dilakukan oleh Anis 2016 dengan adanya komunikasi membuat sikap percaya anatara guru dan orang tua, dan perihal itu pun anak memiliki kebebasan dalam berkreativiatas guna pengembangan pontesi dirinya sehingga meningkatkan kreativitas dan tercapainya keberhasilan dalam belajar Pusitaningtyas, 2016. ...... Orang tua adalah pendidik sejati, pendidik karena kodratnya. Oleh karena itu kasih sayang orang tua kepada anaknya adalah kasih syang sejati pula, yang berarti orang tua mengutamakan kepentingan dan kebutuhan anak-anak dengan mengesampingkan keinginan dan kesenangan sendiri Pusitaningtyas, 2016. Orangtua atau orang desawa yang berada disekitarnya harusnya memberikan contoh yang baik pada segala macam aspek perkembangan anak Wahyuni & Putra, 2020. ...Muhamad Alim Ka’batul AsrorN NurjannahThis study aims to see how the role of guidance and counseling teachers in schools and students' homes is so that violations committed by students can be prevented and how to know the role of parents themselves in controlling their children at home. As well as how the steps are taken in dealing with student violations at school and outside school. This research used a field study with a qualitative descriptive approach with data collection using observation, interviews, and documentation techniques and the validity of the data using triangulation and analysis using qualitative descriptive analysis. The results of this study indicate that the role of the Guidance Counseling teacher is very influential in fostering students so that they do not commit violations in the school environment as well as parents. In Overcoming Student Violations", religious teachers have the main task of teaching and have the mission of providing guidance and counseling to their students. Likewise, the primary mission of guidance and counseling teachers is to provide advice and counseling to students with problems. The provision of guidance assistance supplied by religious teachers is guidance in terms of students' religion, while guidance and counseling services provided by teachers are in terms of student psychology. Findings related to violations committed by students are still classified as minor violations that are still within the limits of violating school rules, including truancy, disrupting the process of teaching and learning activities, lack of discipline.... Karena sesungguhnya dosen bisa diibaratkan sebagai orang tua dari mahasiswa dalam hal melakukan perannya di perguruan tinggi. Senada dengan apa yang dikatakan oleh Pusitaningtyas, A. 2016 bahwa orang tua merupakan guru pertama dan utama bagi anak-anaknya karena dari orang tua lah anak mendapatkan bimbingan dan kasih sayang yang pertama kalinya. Sehingga dapat dikatakan dosen pembimbing akademik pun diharapkan lebih sering dan efektif lagi dalam komunikasi dengan mahasiswa dalam melancarkan pelaksanaan pendidikannya pada perguruan tinggi tempat studinya. ...I Ketut Ngurah ArdiawanThe role of lecturers in carrying out their main tasks, apart from the Tri Dharma of Higher Education, namely education, research and community service, also provides academic guidance services to students. Coaching with an IASP approach is a method to inspire an individual's creative thinking so that he can maximize his personal and professional potential with the help of video conferencing media, be it through the Zoom application, Google Meet or others. The stages of this method are Identification, helping to see/identify what is actually in the situation; Appreciation, is a form of giving awards and assessments; and Solution, together students look for creative solutions to a problem. With the strategy of providing academic guidance services using the coaching method with an IASP approach, it is hoped that there will be collaboration between students and lecturers by finding the best solution in the mentoring process to improve academic achievement while students are studying at STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja.... Meanwhile, according to Revaldi 2010 several things that need to be considered by parents in choosing a school for their children are school location and environment, physical facilities, school vision and mission, portion of religious education, educator profile, learning curriculum, school order and cleanliness, Schools have an important role in improving children's intellectuality Riswandi et al., 2021 because schools are the second place for children to seek knowledge and develop their abilities or talents. A good school and in accordance with the child's character will be able to guide the child in a better direction in the future Fadhli, 2016, therefore choosing a good school and in accordance with the child's character is very important Pusitaningtyas, 2017. Communities as parents of prospective students have a big role in determining their child's school, of course they are looking for the best and most suitable school for their child. ...School selection has always been a problem for parents to get the best school for their children, especially during a pandemic. The purpose of this study was to describe the factors for selecting primary schools during the pandemic. This study uses a qualitative approach. Data collection techniques were carried out by observation, interviews, and documentation. The sample in this study was spread from the Gresik, Surabaya and Sidoarjo areas with a total of 15 parents. This research used Milles and Huberman analysis technique. The results of the study describe the factors of parents in choosing schools during the pandemic. The findings of this study are that there are many factors that influence parents in choosing elementary schools for their children, including 1. Location or distance 2. Environment 3. Circumstances 4. School status 5. Teacher background at school 6. Costs 7. Social and economic status of parents. And based on the results of the research, the distance factor that most influences parents in choosing a school. When viewed from the school status of the 15 parents, there were 13 parents who chose to send their children to private schools. So the findings from this study are that parents are not currently concerned about the cost of schooling their children, but rather the quality and distance between school and home.... Komunikasi yang sudah dibangun oleh guru dan orang tua menjadi dasar agar anak dapat mandiri dan berkembang dengan baik. Adanya sikap saling mempercayai, saling membantu dalam membimbing anak dan berkomunikasi antara orang tua dan guru, akan membuat anak merasa memiliki kebebasan berkreativitas guna pengembanganpotensi dirinya, sehingga bisa meningkatkan kreativitas dan mencapai keberhasilan dalam belajar Pusitaningtyas, 2016. ...Angela JuniarisLanny WijayaningsihPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola komunikasi guru dan orang tua dalam mewujudkan kemandirian siswa KB Kristen Terang Bangsa tahun ajaran 2021/2022. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif berupa fenomenologi. Subjek penelitian di KB Kristen Terang Bangsa dengan jumlah lima anak. Pengumpulan data melalui observasi dan wawancara. Data yang diolah dari reduksi, penyajian data dan penarikan kesimpulan disusun menjadi sebuah deskripsi penelitian. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pola asuh yang berbeda menjadi kunci untuk meningkatkan kemandirian anak. Adanya komunikasi yang dilakukan oleh orang tua dengan guru membuat kemandirian anak sudah berkembang lebih baik dan anak mengalami perkembangan yang sangat signifikan setelah dilakukan observasi yang pertama hingga ketiga. Komunikasi yang lebih intens antara guru dan orang tua dilakukan agar perkembangan anak bisa lebih dioptimalkan.... Hal ini seperti yang dilakukan oleh pengajar dengan memberikan waktu yang cukup fleksibel bagi orang tua di luar jam pembelajaran untuk berinteraksi secara langsung. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Pusitaningtyas 2016 yang menyatakan bahwa komunikasi yang baik akan menumbuhkan sikap saling percaya antara orang tua dan guru. Adanya sikap saling percaya, saling membantu dalam membimbing anak dan berkomunikasi antara orang tua dan guru, akan membuat anak merasa bebas berkreasi guna mengembangkan potensinya, sehingga dapat meningkatkan kreativitas dan mencapai keberhasilan dalam belajar. ...Kartika KartikaImron ArifinPramono Pramono Suyitno SuyitnoPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk, proses dan efektivitas pendekatan komunikasi pendidik dengan orang tua dalam mendukung peningkatan kualitas pendidikan pada PAUD Kartika Pradana. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis penilitian studi kasus. Penelitian ini dilaksanakan di PAUD Kartika Pradana. Sumber data diperoleh dari orang tua peserta didik, pendidik dan pengelola lembaga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; 1 Jalinan komunikasi orang tua dan pendidik dalam meningkatkan mutu pendidikan dilakukan dalam 3 tiga bentuk yakni Komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok dan komunikasi organisasi. 2 Proses komunikasi orang tua dengan pendidik dalam mendukung peningkatan mutu pendidikan di PAUD Kartika Pradana Kota Malang melalui program-program yang bisa mewadahi komunikasi antara orang tua dengan lembaga baik secara formal maupun informal dengan prinsip-prinsip kejelasan, konsistensi informasi serta empati yang tinggi dari pendidik menjadi penentu keberhasilan komunikasi yang dilaksanakan antara pendidik dengan orang tua peserta didik. 3 Komunikasi yang terjalin antara pendidik dengan orang tua peserta didik di PAUD Kartika Pradana Kota Malang dalam mendukung peningkatan kualitas pendidikan sudah cukup efektif yang didukung dengan pelatihan ketrampilan berkomunikasi kepada para pendidik dengan mengedepankan sikap positif, pemahaman, menciptakan kesenangan dan kenyamanan, dan berupaya merangkul orang tua peserta didik dalam berpartisipasi meningkatkan mutu pendidikan.... Selain itu kerjasama yang baik antara orangtua dan guru di sekolah juga mencakup pengawasan terhadap sikap dan kebiasaan anak dalam penggunaan gawai. Jenis gawai yang biasanya diberikan orangtua pada anak adalah telepon pintar atau smartphone yang dimaksudkan untuk mendukung proses belajar anakRahman, 2014;Pusitaningtyas, 2017. Namun yang disayangkan adalah bahwa masih ditemukan banyak orangtua dan guru yang lepas pengawasan terhadap penggunaan gadget pada anak. ...Widya Novi Angga DewiMarini MariniKhasanah KhasanahRaditya Ahmad RifandiHampir setiap orang yang memanfaatkan gadget menghabiskan banyak waktu mereka dalam sehari untuk menggunakan gadget. Oleh karenanya gadget juga memiliki nilai dan manfaat tersendiri bagi kalangan orang tertentu. Akan tetapi banyak dampak negatif yang muncul dalam pemanfaatan gadget bagi kalangan remaja, anak, bahkan balita. Tujuan pengabdian ini yaitu untuk meningkatkan pemahaman siswa dan guru dalam penggunaan gadget. Metode pengabdian dilakukan dengan penyuluhan, diskusi, dan pendampingan. Adapun hasil pengabdian diperoleh bahwa penyuluhan dan pendampingan yang disertai diskusi terhadap guru dan peserta didik di SMP Fransiskus Semarang berdampak positif terhadap pemahaman dan sikap siswa dalam penggunaan gadget. Anne Rumondang MalauHerti Diana HutapeaImelda SitinjakM. Berliana LumbangaolThe purpose of this community service activity is to assist the Church's Young Generation in preparing everything to face competition in the future by thinking creatively and innovatively with a Christian perspective. One of the vocations of the Church is to improve welfare and solve youth delinquency problems by helping youth change their mindset to be creative and innovative with the support of one of the Tri Dharma of higher education, namely community service, which greatly assists the church's vocation to care for today's youth. The younger generation needs to be equipped with an understanding related to changing mindsets and increasing creative and innovative mindsets. This seminar is a motivational lecture to understand how to make changes and creativity for a productive and quality life from a Christian view. This seminar was held on Sunday, 15 May 2022, at the HKBP Simalingkar B Resort Kwala Bekala Church, Jalan Pintu air IV gg. HKBP Kwala Bekala, Medan Johor District, which was attended by 47 students HKBP Simalingkar B Resort Kwala Bekala, accompanied by Resort Priests, Young Priests, Bibelvrow, and Church elders. The implementation began with the Opening of the Resort Priest by singing and praying together, then continued by the MC, and then filled in by the first resource person by providing material, question and answer session, ice breaking, then filled again by the second resource person by providing material, question and answer session, ice breaking, feedback from participants, then closed with a short service of singing and praying and taking photos AkbarjonoNina Siti Salmaniah SiregarErniwati La AbuteAhmad ZainuriIslamic Religious Education teachers need to establish harmonious relationships with parents and students during the Covid-19 Pandemic even though students study from home, so communication between teachers and parents is required to supervise their children’s learning at home. This study aims to analyze the communication patterns used by Islamic Religious Education teachers and parents during the Covid-19 Pandemic and the supporting and inhibiting factors in Junior High Schools. The research method used is descriptive qualitative with a phenomenological approach. Data were collected through in-depth interviews with structured interview techniques. Tool for organizing data with Thematic Analysis. Then the data were analyzed by the Colaizzi method. This study concludes that the communication pattern used by Islamic Religious Education teachers and parents is a secondary or two-way communication pattern. Harmonious communication between teachers and parents supports student and teacher learning success. Thus, the communication needs to be carried out intensely and continuously and involves other school members such as school principals, homeroom teachers, and Palts Veronika KalmusThe aim of this paper is to analyse the attitudes of Estonian primary school teachers and parents regarding the role of teacher-parent digital communication in socialising the child and in the child's academic progress, their communication channel preferences, and related experiences and opinions. The main starting points are Bronfenbrenner's 1979 ecological systems' theory and Epstein's 2011 theory of overlapping spheres of influence. The empirical basis is 12 focus group interviews conducted in 2012 in six Estonian schools with teachers n=44 and parents n=39. The focus groups indicated the consensus among teachers and parents regarding the necessity of overlapping interests and spheres of influence of home and school for the development of the child. The research highlights differences in channel preferences by types of school and between teachers and parents of the same school, indicating the need to find ways to harmonise communication conventions. In addition to the opportunities and benefits of written digital interaction, digital channels incur problems and communication failures misunderstandings, digital footprint, and insufficient digital competence.Joyce L. EpsteinSchool, Family, and Community Partnerships Preparing Educators and Improving Schools addresses a fundamental question in education today How will colleges and universities prepare future teachers, administrators, counselors, and other education professionals to conduct effective programs of family and community involvement that contribute to students’ success in school? The work of Joyce L. Epstein has advanced theories, research, policies, and practices of family and community involvement in elementary, middle, and high schools, districts, and states nationwide. In this second edition, she shows that there are new and better ways to organize programs of family and community involvement as essential components of district leadership and school improvement. THE SECOND EDITION OFFERS EDUCATORS AND RESEARCHERS •A framework for helping rising educators to develop comprehensive, goal-linked programs of school, family, and community partnerships. •A clear discussion of the theory of overlapping spheres of influence, which asserts that schools, families, and communities share responsibility for student success in school. •A historic overview and exploration of research on the nature and effects of parent involvement. •Methods for applying the theory, framework, and research on partnerships in college course assignments, class discussions, projects and activities, and fi eld experiences. •Examples that show how research-based approaches improve policies on partnerships, district leadership, and school programs of family and community involvement. Definitive and engaging, School, Family, and Community Partnerships can be used as a main or supplementary text in courses on foundations of education methods of teaching, educational administration, family and community relations, contemporary issues in education, sociology of education, sociology of the family, school psychology, social work, education policy, and other courses that prepare professionals to work in schools and with families and Graham-ClayTeachers strive to establish partnerships with parents to support student learning. Strong communication is fundamental to this partnership and to building a sense of community between home and school. In these changing times, teachers must continue to develop and expand their skills in order to maximize effective communication with parents. is article presents a range of communication opportunities available to teachers, including the emerg-ing use of technology. Some of these practical suggestions may seem very basic to those already actively promoting parental involvement, but unfortunately, many teachers have not been trained in nor are they practicing proactive com-munication with parents. Barriers to effective communication are considered in conjunction with potential TelemSherly PintoThis paper explores the impact of a school management information system on the interrelations between parents and school and parents and their student children in terms of the children’s learning, behavior and attendance LBA, during one academic year, in a vocational high school, located in a mainstream socio-economic neighborhood. Parents’ LBA interrelations with the principal, homeroom teachers, grade level coordinators, and the school as an institution as well as with their children changed noticeably. The involvement of parents in general, but of parents with children having LBA problems in particular, in school LBA issues became more intensive, more frequent and more focused. The paper’s results add the information technology dimension to parents involvement in school research, a dimension neglected so far. Implications for the principal’s work are CangaraHafied Cangara. Pengantar Ilmu Komunikasi Jakarta PT Raja Grafindo Persada, 2003, Komunikasi Pengantar StudiH A W WidjajaWidjaja, H. A. W. 20013. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Jakarta PT Raja Grafindo at The Within-and Between-Country Level Congruence in Parent-Teacher Relationships Faculty Publications from CYFS Children, Youth, Families & Schools Nebraska Center for ResearchKathleen M MinkeKathleen M. Minke. Associations at The Within-and Between-Country Level Congruence in Parent-Teacher Relationships Faculty Publications from CYFS Children, Youth, Families & Schools Nebraska Center for Research, University of Nebraska – Lincoln, 2014, 529. 23 Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3. - Selain membekali siswa dengan kemampuan akademis, pendidikan karakter dinilai menjadi poin penting untuk menumbuhkan generasi-generasi dengan karakter positif. Agar anak tumbuh sesuai dengan karakter yang diharapkan, orang tua dan guru perlu memiliki visi dan misi yang dari Sahabat Keluarga Kemendikbud, agar visi dan misi sejalan, sekolah harus mendorong dan mendukung orangtua untuk melakukan pendidikan karakter di rumah. Sebaliknya, orangtua juga harus mendukung upaya sekolah untuk mengajarkan nilai-nilai dan karakter yang baik selama anak bersekolah. Kerja sama sekolah dengan orangtua dalam pendidikan karakter akan lebih terlihat bila orangtua dan guru turut melibatkan komunitas yang lebih luas, seperti lembaga keagamaan, komunitas bisnis, organisasi pemuda, organisasi non-ptofit, bahkan media massa. Baca juga 3 Syarat Pendidikan Karakter Berjalan Efektif Berikut sejumlah langkah yang perlu dilakukan pihak sekolah dan orangtua agar saling bersinergi, menurut Sahabat Keluarga Kemendikbud1. Guru dan orang tua melakukan pertemuan di awal tahun ajaran atau bahkan sebelum tahun ajaran berlangsung. Dalam pertemuan tersebut, tanamkan kesadaran pentingnya peran guru dan orangtua dalam penumbuhan karakter anak. 2. Orangtua perlu memahami bahwa karakter anak terbentuk melalui apa yang dilihat, didengar dan dilakukan secara berulang-ulang oleh anak setiap harinya. Terutama di rumah di mana anak menghabiskan banyak waktunya. 3. Untuk memperkuat pemahaman orangtua, guru bisa memaparkan beberapa penelitian tentang pengaruh kuat orangtua dalam menumbuhkan karakter anak. 4. Selain dalam pertemuan tahunan, sekolah juga bisa mengadakan kelas parenting. Berbagi ide dan masukan dari orangtua mengenai topik parenting yang menarik. 5. Orangtua perlu melibatkan diri dalam komunitas sekolah, seperti komite orangtua untuk perencanaan pendidikan karakter. 6. Guru perlu melakukan komunikasi langsung secara pribadi dengan orang tua. Dalam pertemuan pribadi itu, guru bisa menanyakan mengenai karakter, kebiasaan sehari-hari anak dan perilaku anak yang bisa dijadikan pertimbangan guru dalam mendidik anak di kelas. 7. Sekolah perlu mengajak orangtua dan anak didik untuk mengunjungi ruang kelas sebelum hari pertama sekolah sebagai ruang bersosialisasi. 8. Sekolah perlu memberikan kalender kegiatan bulanan kepada orangtua, sehingga orangtua dapat mendukung kegiatan tersebut dengan cara melakukannya di rumah. Begitu memasukkan si kecil ke sekolah, orangtua tak seharusnya langsung “lepas tangan” dan memasrahkan semua tanggung jawab pendidikan anak pada pihak sekolah. Jika terjadi hal-hal negatif, misalnya nilai anak kurang bagus atau terjadi perselisihan antarsiswa di sekolah, orangtua tak bisa serta-merta menuding guru atau pihak sekolah. Orangtua tetap harus ikut andil dalam pendidikan anak-anaknya. Pertemuan orangtua dan guru Dalam satu tahun ajaran, interaksi antara guru dan orangtua acap kali hanya terjadi pada awal masuk tahun ajaran baru atau penerimaan rapor. Padahal, pertemuan antara orangtua dan guru untuk membahas permasalahan pendidikan anak seyogianya dilakukan lebih intens. Seminar Salah satunya, pihak sekolah mengadakan seminar yang ditujukan untuk orangtua murid. Tidak hanya memperkenalkan kurikulum baru, seminar ini juga dapat menjadi cara bagi sekolah untuk mengenalkan dunia sekolah pada orangtua. Orangtua pun bisa menyampaikan aspirasi atau masukan untuk sekolah melalui seminar ini. Kunjungan sekolah Kunjungan ke sekolah juga bisa lebih terbuka. Orangtua perlu mengenal lingkungan sekolah yang menjadi lokasi untuk menyekolahkan anak-anaknya. Kunjungan ke sekolah disertai dengan penjelasan dari pihak sekolah akan menumbuhkan rasa percaya orangtua pada sekolah. Proaktif Orangtua pun perlu lebih proaktif dalam mencari informasi mengenai hal-hal yang dialami anak di sekolah. Sesibuk apapun orangtua, sebaiknya luangkan waktu sekitar satu jam setiap hari untuk mendampingi anak dalam belajar atau mengerjakan PR dan mengobrol dengan anak. Tahan emosi Jika terdapat ketidaksetujuan dengan kebijakan sekolah, sebaiknya orangtua tidak lantas menumpahkan emosi. Namun, utarakan persoalan dengan cara yang tepat. Berbicaralah dengan sopan dengan pihak sekolah dan paparkan permasalahan dengan obyektif. Apabila terjadi masalah pada anak di sekolah, orangtua sebaiknya jangan terburu-buru menyalahkan guru. Carilah informasi pemicu persoalan yang sebenarnya. Hindari mencari kambing hitam. Duduk dan berembuglah bersama guru atau pihak sekolah lainnya. Bahaslah solusi bersama untuk memecahkan permasalahan yang terjadi. Grup chating Membuat grup antara para orangtua dengan wali kelas di media sosial atau aplikasi pesan seperti Line atau WhatsApp juga bisa dilakukan. Hal ini memungkinkan untuk kelas dengan jumlah siswa yang tidak terlalu banyak. Melalui grup ini, perkembangan anak bisa dimonitor, baik oleh orangtua maupun guru. [*] Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 23 Juli 2018

pertemuan orang tua murid dan guru